Penelusur

Jumat, 07 Oktober 2011

Gokkon Dohot Jou-Jou

Pinangsori, 07 Oktober 2011
Mandapothon Napinarsangapan

Kepada Yth:
Bpk/Ibu/Sdara/i
Sidang Pembaca Putra Jagat Online
Dimanapun anda berada.

Assalamu 'Alaikum Wr, Wb.
Bersama dengan surat ini, kami datang ke hadapan Bpk/Ibu/Sdra/i sidang pembaca Putra Jagat Online, berniat megundang dalam acara "PANGURUPION/PERTOLONGAN" anak kami:

MUHAMMAD TOHA PUTRA
(PUPUT)

Dengan Parumaen Kami

SEPTIANI WIDIA NINGSIH
(NINING)

Itulah boru dari tunggane kami Rusman/Sulastri dari Kampung Lingkungan IX Pinangsori Kebun, yang insya Allah akan kita adakan pada:

Hari/Tanggal : Minggu, 16 Oktober 2011.
Waktu : Dari pagi s/d selesai.
Alamat : Jln. Bandara FL. Tobing Pinangsori, LK VIII Kebun, Kel/Kec. Pinangsori, Kab. Tap-Tengah, Sumut, Indonesia.

Besar harapan kami akan kehadiran Bpk/Ibu/Sdra/i para keluarga, sanak famili, teman, sahabat, handai tolan dan sidang pembaca dimanapun anda berada.

Kami yang mengundang anda:
PAWASAL NASUTION (alm)/MAWARNI HUTAGALUNG (Ortunya di Pinangsori)
1. Muhammad Saleh Nasution/Istri (Udana di Pinangsori).
2. Sudiman (alm)/Istri (Udana di Sibolga).
3. Basri Nasution/Istri (Udana di Pandan).
4. Didin Wahidin Nasution/Istri (Udana di Perancis).
5. Abdul Wahid Nasution/Istri (Udana di Pinangsori).
6. Wardi Nasution/Istri (Udana di Padang Sidimpuan).
7. Gus Drs. P.M. Gunawan Nst/Efridawati Sikumbang S.Ag,- (Abang/Kakakna di Pandan).
8. Permadi Sugiharto Nst/Istri (Abangna di Pinangsori).
9. Prama Yuanda Nst/Istri (Abangna di Batam).

KAHANGGI/DONGAN TUBU:
1. Abdul Rahman Nst di Kobun Pinangsori.
2. Ihsan Nst di Simpang tolu Pinangsori.
3. Badullah Nst di Simpang tolu Pinangsori.
4. Ustadz Ali Soman Nst di Jl. Lapangan Pinangsori.
5. H. Bahman Nst. di Parjalihotan Pinangsori.
6. Zulamri Nst di Hutabuntul Pinangsori.
7. Ustadz Shogir Nst di Jl. Lapangan Pinangsori.
8. Drs. Muhammad Daud Nst di Jl. Lapangan Pinangsori.
9. Sholihuddin Nst di Maduma Pinangsori.
10. Saepuddin Nst di Simpang tolu Pinangsori.
11. Bambang Nst di Maduma Pinangsori.
12. M.T. Halomoan Nst di Parjalihotan Pinangsori.
13. Safirin Nst di Jl. Lapangan Pinangsori.
14. Drs. Sarifuddin Nst, S.Sos, SH. di Kebun Pinangsori.
15. Muliadi Nst di Parjalihotan Pinangsori.
16. Hotma Tua Nst di Maduma Pinangsori.
17. Mauluddin Nst di Pinangsori.
18. A. Khalil Nst di Jl. Lapangan Pinangsori.
19. Ali Muda Nst di Parjalihotan Pinangsori.
20. Aris Nst di Aek Tolong Pinangsori.
21. Ihfan Nst di Pinangsori.
22. Jambu Nst di Jl. Lapangan Pinangsori.
23. Khairun Nst di Pinangsori.
24. Maskut Nst di Aek Tolong Pinangsori.
25. Mulkan Nst di Jl. Lapangan Pinangsori.
26. Samsuddin Nst di Pinangsori.
27. Sarifuddin Nst di Hutabuntul Pinangsori.
28. Sopianto Nst di Kebun Pinangsori.
29. Syhaimi Nst di Maduma Pinagsori.
30. Syamruddin Nst di Pinangsori.
31. Syafaruddin Nst di Kebun Pinangsori.
32. Mulia Nst di Kebun Pinangsori.
33. Jiston Simanjuntak di Kebun Pinangsori.
34. Saidi Nst di Kebun Pinangsori.
35. Jatua Siahaan di Simpang tolu Pinangsori.
36. Rahman Pohan di Sipogu Pinangsori.

BORU-BERE:
1. Bpk Cindy Ginting di Sibolga.
2. Edi Paiyo di Sibolga.
3. Bpk Wilan Panggabean di Pinangsori.
4. Bpk Rini Silaban di Pinangsori.
5. Bpk Fitri Harahap di Sihiong.
6. Tigor di Pinangsori.
7. Jukran Jambak di Pinangsori.
8. Abdul Hutabarat di Hutabuntul.
9. Musanif Situmeang di Pinangsori.
10. Royhan Siregar di Simpang tolu Pinangsori.
11. Salwa Br. Nasution di Aek Tolang.
12. Halomoan Hasibuan di Pandurungan.
13. H.M. Ya'cub Siregar di Simpang tolu Pinangsori.
14. Makmur Sihombing di Simpang tolu Pinangsori.
15. Bpk Ridho di Kobun.
16. Sentosa di Kobun.
17. Kiki Situmeang di Kobun.
18. Dedi S. Panggabean di Sipogu.
19. Bpk Siti Sitompul di Pinangsori.
20. M. Rio Muhajir Nst di Pinangsori.

PARIBAN:
1. Wahidin Jawa di Ratto Jior Langga payung.
2. Husin Ritonga di Aek Nabara Julu Marancar.
3. Unan Napitupulu di Batam.
4. Nazaruddin Tambunan di Jl. Lapangan.
5. Sakti Nadeak di Aek Tolong.
6. Panca Simbolon di Sipogu.
7. Subali di Hutabalang.
8. Oyong Lubis di Simpang tolu.
9. Nanti Siregar di Pinangsori.

HULA-HULA:
1. Bakrie Sikumbang/Arpaini Tanjung (almh) di Kalangan.
2. Dasri Tanjung (alm)/Hotmaini Br. Tumorang di Sitonong.
3. Halomoan Tambunan di Tukka.
4. Dasmi Tanjung di Jl. Lapangan.
5. Mulatua Hutagalung di Aek Nabara Julu Marancar.
6. Muhammad Harun al-Rasyid Hutagalung di Aek Nabara Julu Marancar.
7. Alam Nasroh Hutagalung di Pinangsori.
8. Mukhlis Tanjung di Sitonong.
9. Alam Tanjung di Albion.
10. Pandi di Albion.
11. Sadri Sikumbang di Padang Panjang.
12. Fadli Sikumbang di Kalangan.
13. Adri Sikumbang di Medan.
14. H. Azwar di Pinangsori.
15. Muhammad Luthan Lubis di Kampung Baru.
16. Karim Panggabean di Kampung Baru.
17. Saiful Panggabean di Sibolga.
18. Maksum di Pinangsori.
19. Amin Hutabarat di Jl. Lapangan.

TURUT MENGUNDANG:
KELUARGA BESAR PARSADAAN MARGA NASUTION BORU-BERE
KECAMATAN PINANGSORI.



Kamis, 02 Juni 2011

Sang Penulis Buku Kristen Masuk Islam

Putra Jagat Online dari Republika.co.id, dari London, diterbitkan pada kamis, 2 juni 2011, pukul 09.49 Wib (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/06/02/lm56i2-sebelum-menjadi-ruqaiyyah-rosalyn-rushbrook-aktif-menulis-bukubuku-nasrani) dikatakan bahwa: Menyebut nama Rosalyn Rushbrook, publik Inggris pasti akan segera ingat buku-buku pengetahuan dasar Kristen. Peraih gelar sarjana teologi di Hull University ini memang aktif menulis buku-buku bertema Kristen untuk penerbit beberapa arus utama. Bahkan, beberapa bukunya direkomendasikan untuk pengajaran di banyak sekolah di Inggris.

Wanita kelahiran tahun 1942 ini menikah dengan penyair George Morris Kendrick pada tahun 1964 dan kemudian memiliki dua anak. Pernikahan mereka berakhir setelah suaminya berpindah menganut agama Scientologis tahun 1986. Akhir tahun 1986, ia menemukan hidayah. Ia menerima Islam dan mengganti namanya menjadi Ruqaiyyah.

Pada tahun 1990 ia menikah dengan seorang pria kelahiran Pakistan, Waris Maqsood Ali. Namun sembilan tahun kemudian mereka bercerai karena Waris menikahi sepupunya yang masih muda di Pakistan, demi memungkinkan status istri barunya menjadi warga Inggris.

Setelah menjadi Muslimah, ia aktif menulis buku-buku ke-Islaman. Ia menjabat sebagai Kepala Studi Keagamaan di William Gee High School, Hull, Inggris. Ia telah menulis lebih dari empat puluh buku tentang berbagai aspek agama, berkonsentrasi pada antara lain indahnya menganut Islam dan pedoman bagi para mualaf.

Banyak dari buku-bukunya diterbitkan oleh Goodword Press dari New Delhi, termasuk Living Islam, The Muslim Prayer Encyclopedia, dan buku-buku konsultasi bagi remaja. Dia pernah diundang oleh Hodder Headlines untuk menulis buku Islam dalam bab World Faiths dalam seri buku populer di seluruh dunia, Teach Yourself

Dia juga telah menciptakan program yang memungkinkan siswa untuk mempelajari Islam. Buku berjudul Islam ini diterbitkan oleh Heinemann Press pada tahun 1986 dan terus dicetak ulang, dan Do-it-Yourself Coursebook untuk menyertainya yang diterbitkan oleh IPCI. Buku ini telah digunakan secara luas di sekolah-sekolah Inggris selama lebih dari 20 tahun, dan studi DIY kini telah diambil oleh banyak orang mahasiswa, dan kelompok swasta tidak hanya di Inggris tapi di beberapa negara.

Dia ada di antara Muslim Inggris pertama yang menerima penghargaan Muslim News Awards for Excellence pada tahun 2001, dan Muhammad Iqbal Award untuk Kreativitas dalam pemikiran Islam.

Berikut petikan wawancaranya dengan BBC soal keislamannya:

Bagaimana menjadi mualaf di mata Anda?

Tak ada yang lebih mudah dari berpindah menjadi Muslim - momen ketika kita menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa Allah itu memang ada, dan seorang pria kelahiran Arab bernama Muhammad adalah utusan-Nya. Kemudian kita bersyahadat. Ini langkah pertama kita menjadi Muslim. Bertakwa, kemudian hati menjadi ihsan.

Dari segi sosial, Islam harus menjadi bagian dari gaya hidup Anda. Bagi mualaf perempuan, maka artinya ada pertaruhan besar menyangkut pembangunan kepercayaan diri. Tak hanya karena cara berbusana juga berubah -- yang pasti akan disertai perubahan sikap keluarga dan orang-orang terdekat -- juga Anda harus bersiap tak disapa seorang pria pun di masjid manapun yang Anda masuki (ia menyampaikannya dengan sedikit bercanda).

Bagimana makna menerima keyakinan Islam?

Menjadi Muslim, artinya mendapatkan keyakinan universal. Kita tak perlu berpura-pura menjadi orang Arab atau Pakistan, untuk merasa memiliki dan dimiliki oleh Islam. Kita sekarang tahu ada Muslim di setiap tempat di dunia, dari Eskimo hingga Aborigin. Kita mungkin mengambil nama Arab, atau kita dapat memilih untuk menjaga nama lama kita, itu tidak terlalu penting.

Ada kekecewaan setelah menjadi Muslim?


Kita telah menjadi cukup dewasa untuk menyadari bahwa tidak setiap Muslim adalah orang suci. Mereka adalah juga manusia biasa dan kebanyakan dari kita jauh dari sempurna. Kita mungkin akan mendapatkan kekecewaan menemukan bahwa tidak setiap Muslim hidup dengan cara muslim. Tapi al ini tidak membuat kami menyerah atau menuduh mereka bagian dari kemunafikan, kita hanya melakukan yang terbaik untuk hidup kita sendiri dengan cara terbaik yang kita bisa.

Beberapa Muslim sangat spiritual dalam arti Islam benar-benar menjadi tuntunan hidupnya, sementara beberapa hanya ritualistik dalam berislam. Tapi kami para Muslim 'pendatang' semakin merasa kita dapat mengambil tempat bersama yang lain dalam hal ini umat yang luas atau keluarga, dan selama kita melakukan yang terbaik, Allah akan memberikan balasan atas niat baik kita.

Redaktur:
Siwi Tri Puji B
Sumber: BBC, Islam for Today

Minggu, 29 Mei 2011

Wisuda Sarjana S.1 Angkatan Ke X


















Putra Jagat Online: Tepat pada hari Kamis, tanggal 5 Mei 2011 di mulai jam 08.00-16.00 Wib di Gedung Nasional Sibolga digelar rapat senat terbuka Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Sibolga oleh Ketua Stit-Musi al-Ustadz Drs. H. Nurdiswar B. Jambak M.Sc, M.A. dalam rangka mewisuda 144 wisudawan/wisudawati Sarjana Strata Satu (S.1) Stit-Musi dengan gelar akademik Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi), yang dihadiri dan disaksikan oleh civitas akademika Stit-Musi, bapak wali kota Sibolga (Drs. H.M. Syarfi Hutauruk), bapak ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara (Prof. Dr. Asmuni M.Ag), bapak ketua Kopertais Wilayah IX (Prof. Dr. Amroeni Drajat M.Ag), Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sibolga, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Tapanuli Tengah, Pimpinan Daerah Aisyiyah Sibolga, Pimpinan Daerah Aisyiyah Kab. Tapanuli Tengah, Pimpinan Daerah Nasyiyathul Aisyiyah Sibolga, Pimpinan Daerah Nasyiyathul Aisyiyah Kab. Tapanuli Tengah, Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Sibolga, Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kab. Tapanuli Tengah, Dewan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kab. Tap-Teng/Sibolga, Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sibolga, Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kab. Tap-Tengah, Pemda Tk. II Kota Sibolga, sekitar 432 orang tua/wali wisudawan/wisudawati, wartawan/wartawati berbagai media dan lain sebagainya dengan wisudawan terbaik peraih indeks prestasi tertinggi di masanya 3,53 diraih oleh Kholiqun Najib (sang penghafal Quran 30 Juz dalam kepala, salah seorang putra jagat tangguh tercerahkan dan terbanggakan). Semoga menjadi sarjanawan/sarjanawati yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitarnya, bangsa, negara dan terkhusus Islam sebagai agamanya, amin wal aman yaa Allah. www.putrajagatonline.blogspot.com


Minggu, 05 September 2010

Demi Jilbab, Seorang Murid di Kosovo Terusir dari Kelas

Putra Jagat Online dari www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatakhbar&id=1016 pada Jumat, 27 Agustus 2010 dari PRISTINA--Florinda Zeka telah bertekad. “Jika mereka meminta saya menanggalkan jilbab, saya tak akan melakukannya,” ujarnya. Gadis berusia 17 tahun ini sejak Maret lalu terpaksa harus meninggalkan sekolah karena berjilbab. Ia tertimpa dampak kebijakan Pemerintah Kosovo yang melarang penggunaan jilbab di sekolah-sekolah umum.

Dengan kebijakan itu, Zeka yang tinggal di pinggiran kota wilayah Kosovo Tengah ini dipaksa untuk memilih. Dan ia telah menjatuhkan pilihannya, meninggalkan sekolah. “Sebab, bagi saya jilbab lebih penting dibandingkan sekolah. Jilbab hal paling berharga di dalam kehidupan saya,” katanya seperti dikutip BBC, Selasa (24/8).

Kini, otoritas lokal sedang mempertimbangkan keputusan apakah akan mengizinkan Zeka kembali ke kelas atau tidak, setelah liburan musim panas ini. Ia mengungkapkan kesedihannya atas munculnya larangan jilbab. Ia pun merasakan diskriminasi. Sebab, ia ingin memiliki hak seperti orang lain, bersekolah.

Ia benar-benar rindu kembali ke sekolah, tentu dengan penutup auratnya. Kosovo, yang secara unilateral mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia pada 2008 silam, menetapkan larangan jilbab di sekolah umum pada akhir tahun lalu. Langkah ini dianggap pemerintah sesuai dengan konstitusi yang menyatakan Kosovo negara sekuler.

Namun, sejumlah kalangan meyakini motif sebenarnya adalah keinginan pemerintah agar Kosovo seperti negara Barat. Yang menegaskan bahwa mereka benar-benar menganut nilai-nilai Eropa. Dengan harapan, Kosovo secara mudah bisa bergabung dalam Uni Eropa. Langkah yang hampir sama dilakukan Turki.

Di sisi lain, mereka menunjuk kan satu fakta lainnya. Untuk mencapai tujuannya, pemerintah mendorong pembangunan katedral Katolik besar yang kini masih berlangsung. Lokasinya di ibu kota negara, Pristina. Sedangkan Muslim, yang jumlahnya lebih dari 90 persen dari populasi, terpaksa harus shalat hingga trotoar.

Hal ini terjadi karena sempitnya masjid-masjid yang ada di kota tersebut. Deputi Menteri Luar Negeri Vlora Citaku, menyampaikan dalih pemerintah soal pelarangan busana Muslimah. “Jilbab di Kosovo bukan elemen dalam identitas kami. Jilbab merupakan pertanda penyerahan diri perempuan kepada laki-laki,” katanya.

Menurut dia, tak mungkin seorang gadis berusia 16 tahun atau 17 tahun mampu membuat keputusan secara sadar untuk memakai jilbab. Ia mengatakan, pelarangan tak akan diberlakukan di universitas. Pemerintah, kata dia, mempertimbangkan soal kedewasaan terkait jilbab.

Secara umum, jelas dia, ada persepsi bahwa setelah berumur 18 tahun ke atas seseorang mampu membuat keputusan secara mandiri. Dengan demikian, perempuan itu melakukan sesuatu bukan karena dorongan atau paksaan di luar dirinya. Ia menegaskan, banyak orang yang mendukung larangan jilbab di sekolah-sekolah umum.

Menurut dia, daripada memberikan fokus pada kelompok marginal lebih baik perhatian diberikan kepada mereka yang mayoritas. Banyak orang tua menyampaikan rasa khawatir tentang anaknya yang mengenakan jilbab. Pada Juni lalu, keputusan pemerintah ini memicu unjuk rasa 5.000 orang di Pristina.

Para pemimpin Muslim menegaskan, mereka akan mengadukan pemerintahnya ke Pengadilan HAM Eropa jika keputusan pelarangan jilbab itu tak dihapuskan. Besa Ismaili, salah seorang yang menentang pelarangan penggunaan jilbab di sekolah umum, menyatakan kebijakan itu mempengaruhi dukungan publik terhadap Pemerintah Kosovo. www.putrajagatonline.blogspot.com


Selasa, 15 Juni 2010

Penciptaan Semesta

Putra Jagat Online: Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:

"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al-Qur'an, 6:101).

Keterangan yang diberikan Al-Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.

Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al-Qur'an 1.400 tahun lalu.

Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.

Dalam Al-Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47).

Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al-Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al-Qur'an dikatakan bahwa alam semesta mengalami perluasan atau mengembang. Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus mengembang.

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al-Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur'an, 21:30).

Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.

Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk langit dan bumi yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.

Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al-Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33).

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:

"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al-Qur'an, 36:38).

Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al-Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:

"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al-Qur'an, 51:7)

Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.

Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Dapat dipastikan bahwa pada saat Al-Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al-Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al-Qur'an adalah firman Allah.

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5).

Dalam Al-Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.

Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al-Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.

Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al-Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al-Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.

Dalam Al-Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:

"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an, 21:32).

Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.

Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.

Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tidak berbahaya dan berguna, seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.

Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol.

Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir, Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.

Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:

Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.

Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250 kilometer di atas atmosfir bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius.

Singkatnya, sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah diberitahu dalam Al Qur'an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung.

Ayat ke-11 dari Surat Ath Thaariq dalam Al-Qur'an, mengacu pada fungsi "mengembalikan" yang dimiliki langit.

"Demi langit yang mengandung hujan." (Al-Qur'an, 86:11).

Kata yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Al-Qur'an ini juga bermakna "mengirim kembali" atau "mengembalikan".

Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.

Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.

Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.

Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.

Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi.

Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al-Qur'an. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah. www.putrajagatonline.blogspot.com

Sumber Referensi:

http://www.jps.net/bygrace/index. html Taken from Big Bang Refined by Fire by Dr. Hugh Ross, 1998. Reasons To Believe, Pasadena, CA

http://www.keajaibanalquran.com

http://www.putrajagatonline.blogspot.com

Minggu, 30 Mei 2010

Al-Gazali

Putra Jagat Online: Nama lengkap Al-Gazali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.

Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid. Gelar beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa beliau bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.

Sifat Kepribadiannya

Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah, Jerusalem, dan Mesir. Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi beliau telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan beliau benci kepada sifat riya, megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara, zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha Allah SWT.

Pendidikannya

Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti Mekkah,Madinah,Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau menulis kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.


Karya-Karyanya

Dibidang Ilmu Teologi
  • Al-Munqidh min adh-Dhalal
  • Al-Iqtishad fi al-I`tiqad
  • Al-Risalah al-Qudsiyyah
  • Kitab al-Arba'in fi Ushul ad-Din
  • Mizan al-Amal
  • Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah[1][2]
Ilmu Tasawuf
  • Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama)[3], merupakan karyanya yang terkenal
  • Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)[4]
  • Misykah al-Anwar (The Niche of Lights)
Ilmu Filsafat
  • Maqasid al-Falasifah
  • Tahafut al-Falasifah,[5] buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushdi dalam buku Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence).
Ilmu Fiqih
  • Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul
Ilmu Mantik (Ilmu Logika)
  • Mi`yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge)
  • al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance)
  • Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic).

Mazhab Dan Aqidah Al-Gazali

Dalam masalah fikih, beliau seorang yang bermazhab Syafi’i. Nampak dari karyanya Al Wasith, Al Basith dan Al Wajiz. Bahkan kitab beliau Al Wajiz termasuk buku induk dalam mazhab Syafi’i. Mendapat perhatian khusus dari para ulama Syafi’iyah. Imam Adz Dzahabi menjelaskan mazhab fikih beliau dengan pernyataannya, “Syaikh Imam, Hujjatul Islam, A’jubatuz zaman, Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi Asy Syafi’i.”

Sedangkan dalam sisi akidah, beliau sudah terkenal dan masyhur sebagai seorang yang bermazhab Asy’ariyah. Banyak membela Asy’ariyah dalam membantah Bathiniyah, para filosof serta kelompok yang menyelisihi mazhabnya. Bahkan termasuk salah satu pilar dalam mazhab tersebut. Oleh karena itu beliau menamakan kitab aqidahnya yang terkenal dengan judul Al Iqtishad Fil I’tiqad. Tetapi karya beliau dalam aqidah dan cara pengambilan dalilnya, hanyalah merupakan ringkasan dari karya tokoh ulama Asy’ariyah sebelum beliau (pendahulunya). Tidak memberikan sesuatu yang baru dalam mazhab Asy’ariyah. Beliau hanya memaparkan dalam bentuk baru dan cara yang cukup mudah. Keterkenalan Imam Ghazali sebagai tokoh Asy’ariyah juga dibarengi dengan kesufiannya. Beliau menjadi patokan marhalah yang sangat penting menyatunya Sufiyah ke dalam Asy’ariyah.

Akan tetapi tasawuf apakah yang diyakini beliau? Memang agak sulit menentukan tasawuf beliau. Karena seringnya beliau membantah sesuatu, kemudian beliau jadikan sebagai aqidahnya. Beliau mengingkari filsafat dalam kitab Tahafut, tetapi beliau sendiri menekuni filsafat dan menyetujuinya.

Ketika berbicara dengan Asy’ariyah tampaklah sebagai seorang Asy’ari tulen. Ketika berbicara tasawuf, dia menjadi sufi. Menunjukkan seringnya beliau berpindah-pindah dan tidak tetap dengan satu mazhab. Oleh karena itu Ibnu Rusyd mencelanya dengan mengatakan, “Beliau tidak berpegang teguh dengan satu mazhab saja dalam buku-bukunya. Akan tetapi beliau menjadi Asy’ari bersama Asy’ariyah, sufi bersama sufiyah dan filosof bersama filsafat.” (Lihat Mukadimah kitab Bughyatul Murtad hal. 110).

Adapun orang yang menelaah kitab dan karya beliau seperti Misykatul Anwar, Al Ma’arif Aqliyah, Mizanul Amal, Ma’arijul Quds, Raudhatuthalibin, Al Maqshad Al Asna, Jawahirul Qur’an dan Al Madmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi, akan mengetahui bahwa tasawuf beliau berbeda dengan tasawuf orang sebelumnya. Syaikh Dr. Abdurrahman bin Shalih Ali Mahmud menjelaskan tasawuf Al Ghazali dengan menyatakan, bahwa kunci mengenal kepribadian Al Ghazali ada dua perkara:

Pertama, pendapat beliau, bahwa setiap orang memiliki tiga aqidah. Yang pertama, ditampakkan di hadapan orang awam dan yang difanatikinya. Kedua, beredar dalam ta’lim dan ceramah. Ketiga, sesuatu yang dii’tiqadi seseorang dalam dirinya. Tidak ada yang mengetahui kecuali teman yang setara pengetahuannya. Bila demikian, Al Ghazali menyembunyikan sisi khusus dan rahasia dalam aqidahnya.

Kedua, mengumpulkan pendapat dan uraian singkat beliau yang selalu mengisyaratkan kerahasian akidahnya. Kemudian membandingkannya dengan pendapat para filosof saat beliau belum cenderung kepada filsafat Isyraqi dan tasawuf, seperti Ibnu Sina dan yang lainnya. (Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asyariyah 2/628).

Beliau (Syeikh Dr. Abdurrahman bin Shalih Ali Mahmud) menyimpulkan hasil penelitian dan pendapat para peneliti pemikiran Al Ghazali, bahwa tasawuf Al Ghazali dilandasi filsafat Isyraqi (Madzhab Isyraqi dalam filsafat ialah mazhab yang menyatukan pemikiran dan ajaran dalam agama-agama kuno, Yunani dan Parsi. Termasuk bagian dari filsafat Yunani dan Neo-Platoisme. Lihat Al Mausu’ah Al Muyassarah Fi Al Adyan Wal Madzahibi Wal Ahzab Al Mu’ashirah, karya Dr. Mani’ bin Hamad Al Juhani 2/928-929). Sebenarnya inilah yang dikembangkan beliau akibat pengaruh karya-karya Ibnu Sina dan Ikhwanush Shafa. Demikian juga dijelaskan pentahqiq kitab Bughyatul Murtad dalam mukadimahnya. Setelah menyimpulkan bantahan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah terhadap beliau dengan mengatakan, “Bantahan Ibnu Taimiyah terhadap Al Ghazali didasarkan kejelasannya mengikuti filsafat dan terpengaruh dengan sekte Bathiniyah dalam menta’wil nash-nash, walaupun beliau membantah habis-habisan mereka, seperti dalam kitab Al Mustadzhiri. Ketika tujuan kitab ini (Bughyatul Murtad, pen) adalah untuk membantah orang yang berusaha menyatukan agama dan filsafat, maka Syaikhul Islam menjelaskan bentuk usaha tersebut pada Al Ghazali. Yang berusaha menafsirkan nash-nash dengan tafsir filsafat Isyraqi yang didasarkan atas ta’wil batin terhadap nash, sesuai dengan pokok-pokok ajaran ahli Isyraq (pengikut filsafat neo-platonisme).” (Lihat Mukadimah kitab Bughyatul Murtad hal. 111).

Tetapi perlu diketahui, bahwa pada akhir hayatnya, beliau kembali kepada ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah meninggalkan filsafat dan ilmu kalam, dengan menekuni Shahih Bukhari dan Muslim. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Penulis Jawahirul Qur’an (Al Ghazali, pen) karena banyak meneliti perkataan para filosof dan merujuk kepada mereka, sehingga banyak mencampur pendapatnya dengan perkataan mereka. Pun beliau menolak banyak hal yang bersesuaian dengan mereka. Beliau memastikan, bahwa perkataan filosof tidak memberikan ilmu dan keyakinan. Demikian juga halnya perkataan ahli kalam. Pada akhirnya beliau menyibukkan diri meneliti Shahih Bukhari dan Muslim hingga wafatnya dalam keadaan demikian. Wallahu a’lam.”

Komentar Para Pengeritiknya

Abu Bakar Al Thurthusi berkata, “Abu Hamid telah memenuhi kitab Ihya’ dengan kedustaan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya tidak tahu ada kitab di muka bumi ini yang lebih banyak kedustaan darinya, kemudian beliau campur dengan pemikiran-pemikiran filsafat dan kandungan isi Rasail Ikhwanush Shafa. Mereka adalah kaum yang memandang kenabian merupakan sesuatu yang dapat diusahakan.” (Dinukil Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 19/334).

Dalam risalahnya kepada Ibnu Mudzaffar, beliau pun menyatakan, “Adapun penjelasan Anda tentang Abu Hamid, maka saya telah melihatnya dan mengajaknya berbicara. Saya mendapatkan beliau seorang yang agung dari kalangan ulama. Memiliki kecerdasan akal dan pemahaman. Beliau telah menekuni ilmu sepanjang umurnya, bahkan hampir seluruh usianya. Dia dapat memahami jalannya para ulama dan masuk ke dalam kancah para pejabat tinggi. Kemudian beliau bertasawuf, menghijrahi ilmu dan ahlinya dan menekuni ilmu yang berkenaan dengan hati dan ahli ibadah serta was-was syaitan. Sehingga beliau rusak dengan pemikiran filsafat dan Al Hallaj (pemikiran wihdatul wujud). Mulai mencela ahli fikih dan ahli kalam. Sungguh dia hampir tergelincir keluar dari agama ini. Ketika menulis Al Ihya’ beliau mulai berbicara tentang ilmu ahwal dan rumus-rumus sufiyah, padahal belum mengenal betul dan tidak memiliki keahlian tentangnya. Sehingga dia berbuat kesalahan fatal dan memenuhi kitabnya dengan hadits-hadits palsu.” Imam Adz Dzahabi mengomentari perkataan ini dengan pernyataannya, “Adapun di dalam kitab Ihya’ terdapat sejumlah hadits-hadits yang batil dan terdapat kebaikan padanya, seandainya tidak ada adab dan tulisan serta zuhud secara jalannya ahli hikmah dan sufi yang menyimpang.” (Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 19/339-340).

Imam Subuki dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah (Lihat 6/287-288) telah mengumpulkan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Al Ihya’ dan menemukan 943 hadits yang tidak diketahui sanadnya. Abul Fadhl Abdurrahim Al Iraqi mentakhrij hadits-hadits Al Ihya’ dalam kitabnya, Al Mughni An Asfari Fi Takhrij Ma Fi Al Ihya Minal Akhbar. Kitab ini dicetak bersama kitab Ihya Ulumuddin. Beliau sandarkan setiap hadits kepada sumber rujukannya dan menjelaskan derajat keabsahannya. Didapatkan banyak dari hadits-hadits tersebut yang beliau hukumi dengan lemah dan palsu atau tidak ada asalnya dari perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka berhati-hatilah para penulis, khathib, pengajar dan para penceramah dalam mengambil hal-hal yang terdapat dalam kitab Ihya Ulumuddin.

(17) Al Munqidz Minad Dhalalah. Tulisan beliau yang banyak menjelaskan sisi biografinya.

(18) Al Wasith.

(19) Al Basith.

(20) Al Wajiz.

(21) Al Khulashah. Keempat kitab ini adalah kitab rujukan fiqih Syafi’iyah yang beliau tulis. Imam As Subki menyebutkan 57 karya beliau dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/224-227.

Dialog Al-Gazali Dengan Santrinya

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan
murid-muridnya lalu beliau bertanya :

Imam Ghazali = ” Apakah yang paling dekat
dengan diri kita di dunia ini ?”

Murid 1 = ” Orang tua “
Murid 2 = ” Guru “
Murid 3 = ” Teman “
Murid 4 = ” Kaum kerabat “

Imam Ghazali = ” Semua jawaban itu benar. Tetapi
yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab
itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti
akan mati ( Surah Ali-Imran :185)….

Imam Ghazali = ” Apa yang paling jauh dari kita di
dunia ini ?”

Murid 1 = ” Negeri Cina “
Murid 2 = ” Bulan “
Murid 3 = ” Matahari “
Murid 4 = ” Bintang-bintang “

Iman Ghazali = ” Semua jawaban itu benar. Tetapi
yang paling benar adalah MASA LALU.
Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap
kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu.
Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari
esok dan hari-hari yang akan datang dengan
perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama”.

Iman Ghazali = ” Apa yang paling besar di dunia
ini ?”

Murid 1 = ” Gunung “
Murid 2 = ” Matahari “
Murid 3 = ” Bumi “

Imam Ghazali = ” Semua jawaban itu benar, tapi
yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al
A’raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu
kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke
neraka.”

Imam Ghazali = ” Apa yang palin berat didunia “

Murid 1 = ” Baja “
Murid 2 = ” Besi “
Murid 3 = ” Gajah “

Imam Ghazali = ” Semua itu benar, tapi yang
paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah
Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang,
gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika
Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah
(pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan
sombongnya berebut-rebut menyanggupi
permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia
masuk ke neraka karena gagal memegang
amanah.”

Imam Ghazali = ” Apa yang paling ringan di dunia
ini ?”

Murid 1 = ” Kapas”
Murid 2 = ” Angin “
Murid 3 = ” Debu “
Murid 4 = ” Daun-daun”

Imam Ghazali = ” Semua jawaban kamu itu benar,
tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah
MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan
kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat “

Imam Ghazali = ” Apa yang paling tajam sekali
didunia ini “

Murid- Murid dengan serentak menjawab = “
Pedang “

Imam Ghazali = ” Itu benar, tapi yang paling tajam
sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena
melalui lidah, manusia dengan mudahnya
menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya
sendiri “.

Perdebatan Al-Gazali Dan Ibnu Rusdi

Kesalahan fatal yang dilakukan oleh Al Ghazali dalam
Tahafut al Falasifah adalah membeberkan perdebatan
filsafat kepada kalangan awam. Akibatnya bukan saja
merusak cara keberagamaan mereka yang bersifat
retorik, tapi juga menodai pemikiran filosof yang
didasarkan pada logika demonstratif

Memperbincangkan kembali tentang perdebatan sengit
antara dua tokoh besar Islam, Al Ghazali dan Ibnu
Rushd, tak pernah kehilangan daya tariknya. Hal itu
pula yang menarik Jaringan Islam Liberal (JIL) untuk
mengangkat karya-karya Ibnu Rushd sebagai bahan
pengajian Ramadlan tahun ini. Ada tiga kitab Ibnu
Rushd yang akan dibedah dalam pengajian itu, yaitu
Tahafut al-Tahafut, Fashl al-Maqal fima bain
al-Hikmati wa al-Syariati min al-Ittishal,dan Bidayah
al-Mujtahid. Pengajian pertama dibuka pada malam
selasa 10/10 lalu dengan menghadirkan dua pembicara,
yakni Mohamad Guntur Romli, dari Jaringan Islam
Liberal dan mahasiswa Filsafat Al-Azhar Kairo dan Dr.
Zainun Kamal, dosen filsafat Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Keduanya mencoba membedah karya
monumental Ibnu Rushd, Tahafut al-Tahafut.

Ibnu Rushd adalah salah seorang filosof muslim yang
hidup pada abad XII. Ia dikenal sebagai seorang
penyelamat ruh filsafat yang telah hampir mati
dihantam oleh Al Ghazali melalui karyanya Tahafut Al
Falasifah. Ibnu Rushd, melalui bukunya Tahafut
al-Tahafut kembali menyerang Al Ghazali yang
dianggapnya telah merancukan pemikiran filsafat.
Perang pena antar dua tokoh besar Islam ini menurut
Guntur bukan hanya terjadi pada tulisan monumentalnya
Tahafut al-Tahafut. Sebelumnya Ibnu Rushd telah
beberapa kali mengkritik Al Ghazali dalam beberapa
tulisannya. Kitab Fashl al Maqal, misalnya, merupakan
serangan balik atas kitab Al Ghazali Faishal al
Tafriqah bain al Islam wal al Zindiqah. Begitu pula
kitabnya Bidayah al-Mujtahid juga merupakan tandingan
atas kitab Al Ghazali, Bidayah al-Hidayah.

Ambisi Ibnu Rushd dalam menyerang Al Ghazali ini
disinyalir oleh Guntur sebagai sebuah pertarungan
politis. Hal itu bisa dilihat dari biografi Ibnu Rushd
yang hidup pada masa dinasti Muwahhidin yang sangat
mengagungkan filsafat. Sebelum dinasti Muwahidin,
Cordova dikuasai oleh dinasti Murabithin. Dinasti ini
sangat membenci filsafat dan mengedepankan pandangan
fikih Dzahiri. Pada masa ini pula imam Al Ghazali
menghabiskan hidupnya. Sementara ketika kepemimpinan
negara diambil alih oleh Ibnu Tumurt, filsafat mulai
dikembangkan kembali. Pertarungan politis dan
ideologis di level pemerintahan itu sangat berpengaruh
pada kehidupan Ibnu Rushd. Hal itu bisa dimaklumi
karena Ibnu Rushd besar di lingkungan pemerintah.
Kakek dan ayahnya adalah mantan hakim agung di
Cordova. Bahkan ketika dinasti Muwahhidin di bawah
kepemimpinan Abu Ya'kub, Ibnu Rushd juga menduduki
tiga jabatan penting dalam pemerintahan, yaitu sebagai
ketua hakim agung (qadhi al-qudhat), dokter istana,
dan penasehat raja. Sebagai seorang negarawan yang
loyal, Ibnu Rushd tentu merasa berkepentingan untuk
membela ideologi negara, papar aktivis Jaringan Islam
Liberal lebih lanjut.

Sementara itu DR. Zainun Kamal yang merupakan pakar
pengkaji Tahafut al Tahafut menjelaskan kerancuan Al
Ghazali dalam Tahafut al Falasifah. Menurutnya klaim
Al Ghazali atas kerancuan filsafat semata-mata karena
kesalahpahamannya dalam memahami filsafat. Dalam
mempelajari filsafat, Al Ghazali disinyalir tidak
mengambil sumber primer. Para filosof yang dikafirkan
Al Ghazali karena mengatakan kekadiman alam,
keterbatasan pengetahuan Tuhan pada yang universal,
serta kebangkitan jasmani, sebenarnya mendasarkan
logikanya pada filsafat Aristoteles. Sementara Al
Ghazali tidak membaca karya-karya Aristo, tandas
Zainun. Ia hanya membaca buku-buku terjemahan Aristo
yang sudah banyak mengalami distorsi dari kalangan
kristiani. Atau bahkan ia hanya membaca buku-buku
Aristotelian yang telah ditulis ulang oleh para
filosof muslim. Sehingga pemikiran itu sudah banyak
bercampur dengan pemikiran-pemikiran Islam, khususnya
filsafat paripatetik. Inilah kerancuan Al Ghazali
yang ingin ditunjukkan oleh Ibnu Rushd dalam Tahafut
al Tahafut, jelas Dosen filsafat UIN, Jakarta.

Kitab setebal seribuan halaman itu menurut Guntur
Ramli, mengomentari dua puluh masalah tentang
metafisika dan ketuhanan yang dibahas Al Ghazali dalam
Tahafut al Falasifah. Tujuh belas di antaranya,
menurut Al Ghazali menyebabkan orang yang
mempelajarinya menjadi zindik. Sementara tiga masalah
yang lain menyebabkan orang menjadi kafir. Tiga
masalah yang dimaksud adalah kekadiman alam,
keterbatasan ilmu Tuhan pada hal yang universal, dan
kebangkitan jasmani pada hari kiamat.

Takfir Al Ghazali atas para filosof itu, menurut
aktvis Jaringan Islam Liberal, Guntur Ramli, tidak
fair. Pasalnya pendapat para filosof tentang masalah
metafisika dan ketuhanan di atas didasarkan pada
logika filsafat. Sementara oleh Al Ghazali dipahami
dengan logika teologis. Perdebatan para filosof itu
adalah perdebatan filosofis, tetapi Al Ghazali
memahaminya dengan pemahaman teologis. Inilah yang
akhirnya menimbulkan kesalahpahaman terhadap
filsafat, tegasnya.

Oleh karena itu Ibnu Rushd dalam kitabnya yang lain
(Fashl al Maqal) menegaskan bahwa perdebatan atau
pembicaraan filsafat tidak bisa disebarluaskan kepada
sembarang orang. Hal itu bisa menimbulkan fitnah dan
klaim takfir. Ibnu Rushd menggolongkan masyarakat pada
tiga level. Pertama, orang awam, yaitu orang-orang
yang hanya bisa memahami teks agama secara retorik dan
lahiriah saja. Kedua, orang khawas, yaitu orang-orang
yang mampu memahami makna tersirat dari sebuah teks.
Mereka inilah yang dimaksud sebagai filosof atau ahli
hikmah. Golongan ini mampu memahami mawjudat (segala
ciptaan Tuhan yang ada) dengan pendekatan burhani
(demonstratif). Sementara di antara keduanya terdapat
mereka yang dianggap sebagai mutakallimun, yaitu
orang-orang yang memahami teks atau maujudat dengan
pendekatan jadali (dialektis).

Menurut Ibnu Rushd masing-masing golongan tersebut
tidak boleh melampaui kapasitasnya. Kesalahan fatal
yang dilakukan oleh Al Ghazali dalam Tahafut al
Falasifah adalah membeberkan perdebatan filsafat
kepada kalangan awam. Akibatnya bukan saja merusak
cara keberagamaan mereka yang bersifat retorik, tapi
juga menodai pemikiran filosof yang didasarkan pada
logika demonstratif. Ibnu Rushd mentamsilkan bahwa
pemikiran bisa menjadi makanan bagi seseorang, namun
bisa menjadi racun bagi yang lain. Jika seseorang
tidak bisa membedakan antara racun dan makanan,
berarti ia adalah orang bodoh (al-jahil ). Namun jika
ia telah mengetahui hal itu racun dan tetap
memberikannya kepada orang lain sebagai makanan,
maka dia adalah orang jahat (al-syirrir).

Perdebatan filsafat Islam tentang ketuhanan dan
persoalan metafisika, dinilai oleh Dawam Raharjo,
intelektual muslim dan pendiri LSAF (Lembaga Studi
Agama dan Filsafat), yang hadir dalam diskusi
tersebut, sebagai pemikiran yang usang dan tidak
relevan untuk konteks sekarang. Oleh karena itu sudah
sejak dulu, saya tinggalkan filsafat Islam,
tandasnya. Hal ini berbeda dengan Barat yang
pemikiran filsafatnya bisa memengaruhi perkembangan
sain dan teknologi yang pesat.

Pernyataan Dawam itu diamini oleh Guntur. Menurutnya
tema-tema metafisika dan ketuhanan yang diangkat oleh
Ibnu Rushd sudah sangat usang dan sudah tidak relevan
lagi. Bahkan logika Aristoteles yang dikenal logika
klasik yang sangat diagungkan Ibnu Rushd pun sudah
banyak dibantah dan ditolak oleh filsafat modern.
Lalu apa yang tersisa dari pemikiran Ibnu Rushd untuk
kita sekarang?, tanya Guntur. Menurut saya adalah
masalah rasionalitas dan penghargaannya pada akal
(al-ittijah al-aqlany ), dan metode kritisismenya
(al-manhaj al-naqdy) yang bisa dikembangkan dari
pemikiran Ibn Rusyd.

Hal ini dibantah oleh Doktor dari UIN Jakarta.
Menurut saya, yang menolak filsafat Ibnu Rushd adalah
orang awam, tegas Zainun yang disambut oleh gelak
tawa hadirin. Barat bisa seperti sekarang itu
sebetulnya banyak terinspirasi oleh Ibnu Rushd.
Karya-karyanya banyak diterjemah dan dipelajari di
sana. Bahkan hingga ada Avveroisme Latin dan
sebagainya. Dan yang harus diingat bahwa buku Tahafut
al-Tahafut ini telah memengaruhi para filosof Barat
untuk mengkritik doktrin Gereja yang sangat dominan.
Dari sinilah filsafat pencerahan itu dimulai. Memang
Barat tidak berhenti pada Ibnu Rushd, tapi
mengembangkannya lebih maju lagi. Lha kalau Islam
malah ingin membuang filsafatnya, bagaimana Islam bisa
maju? tanya Zainun sinis. Seharusnya kita yang
mengembangkan, tegas Doktor yang menulis disertasi
tentang Ibnu Rushd mengakhiri pembicaraannya.
www.putrajagatonline.blogspot.com
Catatan Kaki:
  1. Al-Ghazali. Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah. Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut. Cetakan I, 1409 H / 1988 M.
  2. Al-Gazali, Kasyf Ulum al-Akhirah, Berwisata ke Alam Ruh. Penerbit Marja', Bandung. Cetakan I, Dzulhijjah 1424 H / Januari 2004 M.
  3. Al-Gazali, Ihya Ulumuddin (pranala unduhan, unduhan 5.33 MB).
  4. Al-Gazali, The Alchemy of Happiness. Translator: Claud Field (1863-1941). Northbrook Society. 1909.
  5. Al-Gazali, Marmura. Al-Ghazali The Incoherence of the Philosophers (2nd edition). Printing Press, Brigham. ISBN 0-8425-2466-5.
Sumber Buku:
  • Laoust, H: La politique de Gazali, 1970.
  • Campanini, M.: Al-Ghazzali, in S.H. Nasr and O. Leaman, History of Islamic Philosophy 1996.
  • Watt, W M.: Muslim Intellectual: A Study of al-Ghazali, Edinburgh 1963.
Sumber Situs:

http://www.putrjagatonline.blogspot.com
http://www.ghazali.org/articles/gz1.htm

http://www.id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazali
http://www.muslim.or.id/biografi/sejarah-hidup-imam-al-ghazali-2.htm
http://www.manakib.wordpress.com/2007/11/01/pertanyaan-imam-al-gazali

http://www.mail-archive.com/baraya_sunda@yahoogroups.com/msg01893.html